expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Friday, 16 April 2021

Si Dia Tegar Introvert

 


Seperti Ageratum,

wujud dirinya sekuntum,

hanya sekadar penyeri di situ,

tak lebih dari itu


Entah mengapa

cahaya masih tak menyuluh

terasa begitu 'jauh' 


Sekilas dia memeriksa

ada manusia, 

karib di sisi

namun terasa bersendiri


Dia tak tahu berkata apa

boleh dihitung butir perkataannya

didorong pertanyaan baru mula bicara


Selalu diasak, 

'mengapa sepatah saja'

'bercakaplah banyak, biar orang suka'

tak kurang juga yang berkata 'jadilah seperti dia'


Dia mulai kurang selesa

tenaga sosialnya sampai di situ

sudah tidak bersisa

acap kali begitu


Tangannya menari 

pada papan kekunci

deretan manusia 

riuh rendah di bulatan laman maya

saling berinteraksi

seakan sudah berabad mengenali

walhal kenal baru sehari


Tubuh berpusing

melihat sekeliling

tapi masih juga berasa asing


Dia mara ke pantulan kaca

terlihat kelibat diri sendiri 

tegak berdiri 

dengan topeng angan-angan

bibir terukir garis senyuman 

tampak bahagia


Seperti ada penanggungan 

yang bersarang 

rasa tak dihiraukan


Dia pengen bicara 

dia mahu diwawancara 

hiruk pikuk di dalam sana 

dialog sudah tersedia 

tapi untuk mula,

itu kelemahan yang nyata 

kosa kata sering sesat 

bagaimana mahu mula berucap?


Di hatinya yang luhur

terasa tersangat berat 

namun payah ditutur

seperti ada yang tersekat


Dia robek topeng palsu

lalu dilempar tak segan silu

berjalan meninggalkan keramaian orang 

tak lagi melihat belakang


Raut durja seperti mahu menangis

namun tiada air mata yang menitis

mata penuh cerita

mulut tak berbunyi walau satu aksara


Bergema-gema lantunan suara di hati


'Introvertku ini bukan khilaf hakiki

aku juga ingin menari 

dengan rentak tariku sendiri


Mengapa diasak menjadi 'si dia' dan 'mereka'?

aku punya cara untuk gembira

tak perlu ku tukar sekadar 'buat orang suka'

aku seperti ini

sudah bahagia.'

1 comment: