expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Monday 26 April 2021

Noktah

Memeluk sisa harapan

Yang pernah hadir dalam mimpi semalam
Disangka menetap semusim lagi
Namun, hampa
sekadar singgah 

Fatamorgana telah binasa
Ibarat puing-puing terapung-apung
Setengah musnah

Lalu menggumam
Sebegitu mudah
harapan
yang dulu bertubuh
Kini hampir tenggelam
Hatta bayang pun tak ucap selamat tinggal

Mengheret bebat luka beranduh
Diiringi gerimis subuh
Tangisan tumpah di segenap hamparan

Selagi nyawa dikandung badan,
tersimpul erat tali pengharapan,
kali ini, tak lagi pada penciptaan
Sepenuhnya...
pada Tuhan.

Sunday 25 April 2021

A.K.U

Keakuan,

laksana terangnya kunang-kunang
menyuluh semut hitam
yang sengaja léwat batu hitam
menjelang malam

Menjadi tuan di petak sendiri
buat diri meninggi
Tak sedar sepatu memijak bumi

Teruntuk kali ini
Dia menyerah
Bukan pasrah
Cuma berhijrah

Dari ego setinggi awan
Kembali tunduk kepada tuhan

Kini jiwa hamba
Tapi benar-benar merdeka 

Friday 16 April 2021

Si Dia Tegar Introvert

 


Seperti Ageratum,

wujud dirinya sekuntum,

hanya sekadar penyeri di situ,

tak lebih dari itu


Entah mengapa

cahaya masih tak menyuluh

terasa begitu 'jauh' 


Sekilas dia memeriksa

ada manusia, 

karib di sisi

namun terasa bersendiri


Dia tak tahu berkata apa

boleh dihitung butir perkataannya

didorong pertanyaan baru mula bicara


Selalu diasak, 

'mengapa sepatah saja'

'bercakaplah banyak, biar orang suka'

tak kurang juga yang berkata 'jadilah seperti dia'


Dia mulai kurang selesa

tenaga sosialnya sampai di situ

sudah tidak bersisa

acap kali begitu


Tangannya menari 

pada papan kekunci

deretan manusia 

riuh rendah di bulatan laman maya

saling berinteraksi

seakan sudah berabad mengenali

walhal kenal baru sehari


Tubuh berpusing

melihat sekeliling

tapi masih juga berasa asing


Dia mara ke pantulan kaca

terlihat kelibat diri sendiri 

tegak berdiri 

dengan topeng angan-angan

bibir terukir garis senyuman 

tampak bahagia


Seperti ada penanggungan 

yang bersarang 

rasa tak dihiraukan


Dia pengen bicara 

dia mahu diwawancara 

hiruk pikuk di dalam sana 

dialog sudah tersedia 

tapi untuk mula,

itu kelemahan yang nyata 

kosa kata sering sesat 

bagaimana mahu mula berucap?


Di hatinya yang luhur

terasa tersangat berat 

namun payah ditutur

seperti ada yang tersekat


Dia robek topeng palsu

lalu dilempar tak segan silu

berjalan meninggalkan keramaian orang 

tak lagi melihat belakang


Raut durja seperti mahu menangis

namun tiada air mata yang menitis

mata penuh cerita

mulut tak berbunyi walau satu aksara


Bergema-gema lantunan suara di hati


'Introvertku ini bukan khilaf hakiki

aku juga ingin menari 

dengan rentak tariku sendiri


Mengapa diasak menjadi 'si dia' dan 'mereka'?

aku punya cara untuk gembira

tak perlu ku tukar sekadar 'buat orang suka'

aku seperti ini

sudah bahagia.'

Saturday 10 April 2021

VERSI PEREMPUAN




'Perempuan' itu seperti apa?


Benarkah seperti bumi?
Acap kali berputar
Namun,
bukankah bumi berputar
di atas paksinya yang setia?
Sekurang-kurangnya bisa aku menebak
sebentar lagi pasti malam
saat cahaya mulai sirna

Tapi perempuan, tidak
Kelakunya
sukar dibaca
Tuturnya
berbenteng2 maksud sebenarnya

Kadang ada yang bingung
Anggukannya separa
Persis rajuk
Bila dicungkil, menyangkal pula

Apakah sukar untuk memberitahu?
Kiasan, katanya perisai malu
Andai tiada, yang di luar terus melulu

Aduhai!
Ingin sekali terus selam ke sanubarinya yang paling dalam
Pasti semua tampak jelas tanpa gapura
Namun,
Andai enteng laluan ke sana,
tiada lagi hemah budi santunnya
tiada terlihat cerminan sabarnya.